Kamis, 04 Desember 2014

Perempuan dan Pembaruan Diri

"Pembaruan nyata-nyata bukan sama sekali pembentukan sesuatu yang benar-benar baru. Ia lebih pada sebuah bentuk transformasi dengan perangkat yang lebih lengkap dan siap dalam menghadapi tantangan yang ada di depan mata."

Yup! Sebuah pembaruan memang seperti itu. Sebuah bentukan hasil perubahan yang merupakan tuntutan dalam menghadapi hidup yang lebih berkualitas. Pada satu titik tertentu, pembaruan mau tak mau harus terjadi pada diri perempuan  untuk meningkatkan kualitas hidup dan perannya dalam keluarga maupun masyarakat. Di titik manakah itu?… Apakah semua perempuan  dapat memilih untuk melakukan pembaruan diri atau tidak?…. Sebelum menjawabnya, marilah sejenak kita para perempuan  belajar dari pembaruan diri yang terjadi pada ELANG.

Elang dikenal sebagai burung pemangsa berukuran besar, memiliki kemampuan terbang yang kuat, sayap yang lebar, paruh yang besar dan tajam, serta kuku yang kuat. Elang juga memiliki penglihatan tajam untuk melihat mangsa dari jarak yang jauh. Elang dikenal mampu membuat sarang di ketinggian. Padahal semua tahu bahwa di ketinggian, angin selalu bertiup sangat kencang.
Di sisi lain, elang merupakan jenis unggas yang mempunyai umur paling panjang di dunia. Umurnya dapat mencapai 70 tahun. Tetapi untuk mencapai umur sepanjang itu seekor elang harus membuat suatu keputusan yang sangat berat pada umurnya yang ke 40.

Ketika elang berumur 40 tahun, cakarnya mulai menua. Paruhnya menjadi panjang dan membengkok hingga hampir menyentuh dadanya. Sayapnya menjadi sangat berat karena bulunya telah tumbuh lebat, sehingga sangat menyulitkan waktu terbang. Pada saat itu, elang hanya mempunyai dua pilihan: sekarat menunggu kematian, atau mengalami suatu proses transformasi yang sangat menyakitkan sepanjang 150 hari.


Untuk melakukan transformasi itu, elang harus berusaha keras terbang ke atas puncak gunung. Di sana elang kemudian membuat sarang di tepi jurang. Ia berhenti dan tinggal di sana selama proses transformasi berlangsung.


Pertama-tama, elang harus mematukkan paruhnya pada batu karang sampai paruh tersebut terlepas dari mulutnya. Kemudian sang elang berdiam beberapa lama menunggu tumbuhnya paruh baru. Dengan paruh yang baru tumbuh itu, ia harus mencabut satu persatu cakar-cakarnya yang sudah tua. Ketika cakar yang baru sudah tumbuh, ia akan mencabut bulu badannya satu demi satu. Ini menjadi suatu proses yang panjang dan menyakitkan. Lima bulan kemudian, bulu-bulu elang yang baru sudah tumbuh. Elang mulai dapat terbang kembali setelah proses menyakitkan selama 5 bulan dilaluinya. Kini elang siap untuk hidup 30 tahun lagi dengan cakar yang kuat, paruh yang baru, dan bulu-bulu yang memungkinkannya untuk terbang mengepak sayap di ketinggian angkasa.

Semua elang melakukan proses pembaruan ini. Mereka para elang tidak mau hanya hidup selama 40 tahun. Elang tanpa berfikir menyorongkan dirinya untuk proses pembaruan diri agar bisa survive di kehidupan sampai 30 tahun ke depan.

Nah, belajar dari proses yang dialami elang, apakah kita para perempuan  yang hari demi hari menghadapi tantangan hidup yang makin besar hanya akan berdiam diri dan menunggu saat sekarat?…. Jawabnya tentu TIDAK. Dan kita para perempuan  tak perlu menunggu sampai berusia 40 tahun untuk melakukan sebuah pembaruan diri. Kita akan melakukannya setiap kali kompetensi kita sudah tidak dapat lagi menjawab tantangan zaman. Proses pembaruan itu sendiri jelas menyakitkan. Perlu pengorbanan. Dan seringkali membuat kita harus pergi dari zona nyaman yang selama ini mengunci kita. Namun, jika tak ingin sekarat dilindas zaman, ayo mari selalu memperbarui diri kita, semangat kita, dan kompetensi kita.

Tantangan bagi para perempuan ?…. Siapa takut?… Karena setiap perempuan  dibekali Tuhan dengan potensi tersendiri, dan para perempuan  dapat memilih untuk melakukan pembaruan diri. Maka perempuan  dapat terbang tinggi setinggi elang. Pastinya….

#diramu dari berbagai sumber, dipublikasikan di rubrik keputrian Majalah Internal BUMN di Jakarta, November 2010.  Namun ibrohnya saya rasa perlu diambil setiap saat bagi perempuan pembaharu. Semangat bundaaaa.......!!!




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Profesionalisme Terintegrasi Seorang Ibu: Ini Versi Saya

Profesional bukan cuma buat jenis-jenis pekerjaan di ranah publik. Menjadi ibu yang berkiprah di ranah domestik maupun di ranah pu...