Jumat, 05 Desember 2014

Perempuan 35 Tahun Rawan Selingkuh?

Selingkuh tak pernah mengenal siapa dan di mana. Laki-laki maupun perempuan. Walau perempuan kelihatannya lebih sulit untuk memulai, namun justru lebih mudah untuk mengundang. Terutama untuk para perempuan berusia sekitar 35 tahun, nampaknya sinyal rawan patut anda perhatikan baik-baik. Seringkali, semua berawal dari sesuatu yang dinilai “biasa” dan tanpa disadari.

Kenapa perempuan 35 tahun rawan selingkuh? Baiklah kita analisa. Istri, usia 35 tahun, bekerja di kantor dengan jabatan melampaui middle management, biasanya telah melewati masa sulit dalam pekerjaannya, dan memperoleh pencapaian yang tidak sedikit. Dalam keluarga, perempuan karier seusia ini biasanya telah melahirkan dua sampai tiga kali, dan anak-anak sedang dalam masa pertumbuhan antara balita hingga menjelang ABG (Anak Baru Gede). Bisa dibilang, di usia ini perempuan berada dalam kondisi mapan, baik keuangan, karier, dan keluarga. Besar kemungkinan, pasangan (suami) juga dalam kondisi karier yang setara atau bahkan lebih maju dari istrinya.

Namun, jangan salah….. kondisi mapan ini justru menjadi bumerang. Sang perempuan, yang nampaknya telah memiliki segala yang didambakan oleh perempuan masa kini, bisa terjebak dalam sebuah perselingkuhan. Perempuan di usia 35, cenderung menjadi lebih”centil”. Dalam arti, ia lebih memperhatikan penampilan dan memoles diri. Didukung dengan keuangan yang memadai untuk beragam perawatan wajah dan tubuh, mereka mampu menyulap penampilan menjadi lebih segar, muda dan menarik. Dipadukan dengan kematangan emosi dan hormonal, mereka tampil menjadi wanita dewasa yang smart, menarik, memancarkan aura positif, full of passion, dan mandiri sehingga tidak sedikit memikat laki-laki di sekelilingnya.

Jenis laki-laki yang terpikat, berdasarkan pengamatan saya adalah mereka yang terdera kebosanan tingkat tinggi dalam keluaga akibat istri yang “ngga nyambung” karena perbedaan level pendidikan atau sosial. Jenis lainnya, adalah pria yang tiba-tiba menemukan kedewasaan dan kematangan yang selama ini dicari namun tak pernah didapatkan dalam figur istri. Namun bisa jadi juga para suami yang memiliki istri yang sedemikian sempurnanya namun tidak sehangat dan sepositif si 35 yang dikenalnya ini. Memang, rumput tetangga selalu nampak lebih subur dan hijau ya… Semua itu tidak bisa dijadikan pembenaran untuk para pria boleh berselingkuh tentunya. Namun, demikianlah kenyataannya yang terjadi.
Si 35 tak bisa juga disalahkan sebagai penyebab perselingkuhan, karena secara natural mungkin semua perempuan dalam kategori ini akan bergerak ke arah yang sama. Menampilkan diri sebagai perempuan karier yang pandai merawat diri, smart, begairah, penuh perhatian dan beraura positif. Demikian juga para lelaki yang terpikat, mereka secara natural juga mungkin tidak secara sengaja melakukan niat berselingkuh. Namun, fenomenanya adalah bahwa kejadian dimulai dari kedekatan sebagai teman atau sahabat antara si lelaki dengan si 35 karena merasakan ada yang klop. Sayangnya, si 35 kerap tak menyadari bahwa kedekatan ini awalnya karena “undangan” darinya.

Kesempatan untuk membina kedekatan antara si 35 dengan lelaki yang terpikat dengannya menjadi semakin besar karena tanpa disadari keduanya semakin lama semakin menemukan pengisi kekosongan yang mudah dan nyaris tanpa halangan.Kenapa lelaki justru terpikat pada si 35 dan bukan pada wanita usia sekitar 28 sampai 30 tahun yang secara fisik kebanyakan jauh lebih menarik?

Perselingkuhan semata-mata bukan soal fisik, namun lebih pada emosional. Laki-laki sebagai pihak yang sering melihat kesempatan sebagai berkah, lebih memilih si 35 karena selain mendapatkan apa yang diinginkannya, ia tak perlu merogoh kocek dalam-dalam. Si 35 sangat mandiri dalam keuangan dan tidak menuntut macam-macam selain berterima kasih. Ketika si 35 mendapatkan pengakuan atas pencapaiannya dari laki-laki lain yang bukan suaminya, pada saat itulah kedekatan fisik dan emosi yang mengarah pada perselingkuhan akan dimulai. Itu sebabnya saya berpendapat, perempuan usia 35 tahun rawan selingkuh.

Tidak ada satupun pembenaran untuk melakukan selingkuh. Saya pikir, semua pasangan yang berkomitmen untuk mewujudkan rumah tangga yang sakinah mawaddah warahmah menyetujui pendapat saya itu. Namun, istri dan suami perlu waspada bahwa bibit selingkuh itu bukanlah hal yang kasat mata, sering tak disadari bahkan setelah perselingkuhan itu melewati tahap introduction…Ibaratnya kalau membaca buku, bab pendahuluannya sudah lewat, sudah masuk ke bab-bab isi, tapi belum menyadari bahwa selingkuh itu telah terjadi.. Ia lebih pada nilai emosi yang tidak terpenuhi dan tidak disadari sejak awal lalu menenui pipa penyaluran yang salah. Kuncinya hanyalah memperbaiki komunikasi verbal dan nonverbal antara suami istri, membuang ego ke jurang terdalam, dan memposisikan peran suami istri pada tempatnya.

Tidak ada jalan lain bagi si 35 untuk selalu introspeksi, dari waktu ke waktu, menyadari bahwa keberadaan dirinya perlu diseimbangkan dengan kesadaran bahwa dia adalah ibu bagi anak-anak, istri bagi suami, dan perempuan yang menunaikan tanggung jawab sosial pada lingkungannya. Iman setipis kulit bawangpun rasanya tak pernah mengijinkan sebuah kedekatan berkembang menjadi perselingkuhan yang selalu membawa kepedihan pada akhirnya.

Sekarang, anda si 35 punya pilihan, di titik rawan anda mau bagaimana?… Saya hanya sekedar memberikan inspirasi dan ilustrasi……..



**ditulis berdasarkan opini dan pengamatan pribadi penulis.  Jika sepaham, agar dapat diambil manfaatnya.  Jika tidak sependapat, harap diabaikan saja tulisan ini.  :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Profesionalisme Terintegrasi Seorang Ibu: Ini Versi Saya

Profesional bukan cuma buat jenis-jenis pekerjaan di ranah publik. Menjadi ibu yang berkiprah di ranah domestik maupun di ranah pu...