Memilih
Untuk Memilah: Peran Ibu dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
“Sampah rumah tangga yang tidak dikelola dengan baik akan menjadi
masalah, di masa kini dan masa datang. Sebaliknya, sampah rumah tangga bila
dikelola dengan baik justru akan mendatangkan berkah. Sudah sepatutnnya memilah sampah berdasarkan
jenisnya ditumbuhkan sebagai kebiasaan yang berawal dari rumah tangga. Ibu, adalah sosok sentral yang diharapkan
mampu berperan memulai dan menularkannya kepada seluruh anggota keluarga.”
Saya punya pertimbangan
yang pasti untuk hal ini. Menurut saya, seorang
ibu sebagai ratu rumah tangga mempunyai “kendali utama” dalam manajemen rumah
tangga. Mulai dari urusan belanja
kebutuhan rumah tangga hingga tetek bengeknya.
Ibu yang tinggal di rumah maupun yang bekerja di luar rumah, menjadi
panutan bagi anak-anaknya dalam menumbuhkan kebiasaan-kebiasaan dan
kedisiplinan di rumah. Selain anak-anak,
anggota keluarga yang lain seperti asisten rumah tangga atau kerabat yang ikut
tinggal di rumah juga akan melihat dan mencontoh “Ibu”. “Ayah”, secara tidak langsung akan tertular secara
konseptual maupun praktikal dalam hal ini karena dalam komunikasi dengan
pasangan akan terjadi diskusi antara ayah dan ibu.
Oleh sebab itu, para
ibu seharusnya menyadari peran penting dirinya dalam menumbuhkan kebiasaan
memilah sampah dalam lingkungan rumah tangga, sebagai awal dari mata rantai pengelolaan
sampah domestik. Ibu, sudah seharusnya memiliki kesadaran, kepedulian, dan
pengetahuan yang memadai tentang jenis-jenis sampah, mengapa sampah harus
dipilah, dan bagaimana memilah sampah berdasarkan jenisnya. Kemudian, hal tersebut ditularkan kepada
anak-anak sedini mungkin, serta seluruh anggota keluarga.
Mengapa
sampah harus dipilah?
![]() |
Alur pengelolaan sampah rumah tangga di wilayah tempat tinggal penulis |
Tahukah kita, ketika semua sampah bercampur di pembuangan, berapa lama mereka akan terurai? Jawabnya tidak sama. Selembar plastik memerlukan waktu 50 hingga 100 tahun untuk terurai, sementara sisa-sisa makanan dan daun daunan membusuk segera dalam hitungan pekan. Sampah dari bahan logam bahkan baru terurai dalam ratusan tahun, gelas beling terurai setelah satu juta tahun, dan stereofoam bahkan tak dapat terurai. Kaleng memerlukan waktu 80 – 100 tahun untuk terurai, sedangkan kertas dan karton terurai dalam hitungan bulan.
Bayangkan jika sampah dengan jenis yang
berbeda-beda berbaur jadi satu, menumpuk di pembuangan akhir, setiap waktu
terus bertambah, mau jadi apa lingkungan kita?.... Yang jelas, kita akan selalu misuh-misuh oleh
bau sampah, pencemaran sampah berbahaya, dan mungkin menyalahkan pihak lain. Apalagi
jika kita termasuk rajin membayar iuran sampah.
Dengan membayar sekian ratus juta
pun, masalah sampah belum tentu selesai dibenahi. Tapi hanya dengan kemauan dan menyisihkan
sedikit waktu untuk memilah sampah
berdasarkan jenisnya, segera setelah sampah itu dihasilkan, akan sangat bermanfaat
mengatasinya.
Jika berkenan melihat lebih jeli,
sampah rumah tangga yang memberi kontribusi terbesar pada jumlah pasokan
sampah, dapat kita kelola dengan baik
untuk mendatangkan berkah dengan cara yang mudah. Asalkan kita mau belajar tentang jenis-jenis
sampah dan kemudian mempraktekkan di rumah pemilahan sampah berdasarkan
jenisnya, kita akan mulai merasakan betapa sebenarnya manusia memang harus
bertanggung jawab terhadap sampah yang dihasilaknnya.
![]() |
Bagan alur pengelolaan sampah rumah tangga yang dijalankan di wilayah tempat tinggal penulis |
Mengelola sampah dengan pemilahan yang benar akan menjadikan lingkungan kita bersih, sehat dan bernilai tambah. Selain itu, jika dilakukan dengan konsisten dan ditularkan ke lingkungan yang lebih luas secara tersistem, akan memberikan kontribusi yang besar kepada penyelamatan bumi dari pencemaran sampah.Tidak ada seorangpun yang mau mewariskan bumi yang tercemar kepada anak cucu bukan?.....
Faktanya, dari tahun ke
tahun sampah yang dihasilkan manusia semakin meningkat. Kementerian Lingkungan Hidup RI mencatat
peningkatan jumlah sampah yang dihasilkan sbb:
Tahun
|
Jumlah sampah yang dihasilkan
/orang/hari (kg)
|
1995
|
0,8
|
2000
|
1
|
2012
|
2
|
2020
|
Diperkirakan lebih dari 2,1
|
Peningkatan jumlah
sampah yang dihasilkan setiap orang setiap harinya disebabkan karena kemajuan
teknologi yang menyebabkan manusia cenderung untuk menggunakan lebih banyak
material dalam kehidupannya.
Konsekuensinya, akan meningkatkan jumlah sampah. Contohnya sebagaimana disebutkan di bawah ini:
a. Penggunaan
tisu, diapers, plastik, alat makan sekali pakai, kemasan sekali pakai dll yang
menggantikan penggunaan kain lap, saputangan, piring sendok dll.
b. Setidaknya
empat tahun sekali setiap orang berganti laptop, dua tahun sekali berganti
handphone, konsekuensinya menambah sampah.
Peningkatan
jumlah sampah ditambah lagi dengan tidak dikelolanya sampah tersebut dengan
baik, tidak dipilah berdasarkan jenisnya, sehingga bercampur baur mencemari
tanah dan sumber air. Masing-masing
material sampah mengandung zat yang berbeda, ada yang mudah terurai ada yang
sulit. Ada yang mengandung toksin
pencemar lingkungan, ada yang aman. Oleh
karena itulah mutlak diperlukan pengelolaan sampah rumah tangga secara terpadu,
termasuk di dalamnya pemilahan sampah berdasarkan jenisnya.
Saat ini, memilah
sampah dan mengelolanya sudah menjadi kebutuhan yang niscaya. Ambilah contoh fakta yang terjadi di tempat penulis
tinggal, di Depok. Dua tahun terakhir,
Tempat Penampungan Akhir (TPA) Cipayung Depok telah overload. TPA Cipayung
merupakan lokasi akhir pembuangan sampah di Kota Depok. Luas TPA Cipayung sekitar 11,2 ha dan saat
ini (posisi Januari 2015) tinggal tersisa 1 ha.
Jelas tidak cukup untuk menampung sampah yang terus diproduksi warga
Depok setiap harinya. Pasokan sampah
yang masuk ke TPA Cipayung setiap harinya sekitar 3400 m3 /hari. Sebagian besar merupakan sampah domestik
(sampah rumah tangga). Saat ini Pemkot Depok sedang mengupayakan perluasan TPA
untuk Unit Pengolahan Sampah (UPS) dengan teknologi dari negara lain. Perluasan TPA bukan untuk memperluas area
pembuangan sampah.
Ketidakmampuan TPA ini
menjadi pemicu untuk menumbuhkan kesadaran dan kepedulian memilah sampah mulai
dari tingkat rumah tangga untuk kemudian dibentuk sistem ke lingkungan yang
lebih luas mulai dari RT, RW, Kelurahan, Kecamatan, dan seterusnya.
Berikut ini adalah alasan simpel kenapa sampah
harus kita pilah berdasarkan jenisnya, untuk kemudian dibuat sebuah sistem di
lingkungan kita untuk mengelola sampah domestik.
1. Mengurangi pencemaran akibat logam berat terhadap
sumber daya hayati
2. Memberikan nilai tambah ekonomi dan lingkungan (pupuk
kompos/organik; barang kerajinan daur ulang)
3. Memaksimalkan sampah yang bisa didaur ulang sehingga
mengurangi jumlah sampah residu
4. Dengan memilah sampah, akan
mengurangi jumlah lalat dan tikus sehingga lingkungan menjadi bersihdan tidak
terkesan kumuh
5. Memilah dengan ikhlas dan sadar akan menjadi tabungan kebajikan yang
diwariskan kepada anak cucu
Bagaimana
memilah sampah menjadi berkah?
Sangat mudah. Sulitnya
hanya karena belum menjadi kebiasaan. Sampah
dipilah berdasarkan jenis yaitu sampah organik yang basah (untuk diolah menjadi
pupuk organik di Unit Pengolahan Sampah /UPS Organik), sampah kering (untuk
didaur ulang menjadi produk bernilai tambah melalui Bank Sampah), dan sampah
residu ( sampah yang sudah tidak dapat didaur ulang kembali seperti bekas
diapers, pembalut, dan sejenisnya - dibuang ke TPA ). Pada prakteknya, pemilahan sampah akan
mengurangi sampai 40% sampah residu yang akan masuk ke TPA. Ini sangat membantu untuk mengurangi gunungan
sampah di TPA.
Berikut ini adalah cara
mudah memilah sampah yang telah dijalani di wilayah tempat tinggal penulis :
1. Segera
pisahkan sampah menurut jenisnya (organik atau non norganik, beracun atau
tidak, basah atau kering)
2. Sediakan
tempat sampah sesuai jenisnya di rumah anda, ajak anggota keluarga untuk
berpartisipasi melakukan pemilahan setiap akan melempar sampah ke tempat sampah
3. Kemasan
botol plastik dan wadah wadah bekas
terlebih dahulu dicuci bersih, ditiriskan, dan dikeringkan sebelum
disetor ke Bank Sampah
4. Kertas
dan karton diikat menurut jenisnya dan letakkan di tempat yang bebas lembab/
bebas air dan disetor ke Bank Sampah dalam keadaan kering
Sampah organik yang
mudah membusuk seperti sisa sayuran, makanan, buah, daun, dan sejenisnya
dikumpulkan ke dalam satu ember khusus.
Sisa makanan sebaiknya dicuci dan disaring untuk menghilangkan zat
pewarna dan zat kimiawi, sebelum dimasukkan ke tong sampah besar organik di
wilayah tinggal kita masing-masing untuk diproses menjadi pupuk organik di
UPS.
Konsep ini perlu
dipahami para ibu agar dapat ditularkan kepada seluruh anggota keluarga. Konsep 3R mengedepankan REUSE, REDUCE, dan
RECYCLE. REUSE artinya menggunakan kembali.
Bahan-bahan seperti wadah plastik dan kemasan dapat dimanfaatkan kembali
menjadi wadah peralatan. Kertas-kertas
bekas di satu sisi dapat digunakan kembali untuk mengeprint draft. Dibutuhkan kejelian dan kreatifitas untuk
menggunakan kembali barang-barang yang sebetulnya masih dapat digunakan.
REDUCE
(Mengurangi) dapat dilakukan dengan mengurangi pemakaian barang yang tidak
terlalu dibutuhkan sehingga dapat mengurangi sampah. Misalnya, kurangi pemakaian kantong
plastik. Gunakan tas belanja yang dapat
dipakai ulang dan dicuci.
Sedangkan RECYCLE
(Mendaur Ulang) dapat dilakukan untuk jenis sampah basah organik maupun sampah
kering organik dan sampah kering nonorganik.
Sampah basah organik dapat didaur ulang menjadi pupuk di Unit Pengolahan
Sampah Organik. Sedangkan sampah kering
organik maupun sampah kering nonorganik dapat didaur ulang menjadi produk daur ulang yang bernilai
ekonomi seperti tas cantik dan dompet dari plastik bekas kemasan, tempat alat
tulis dari botol plastik, gelang/bros dari bekas gantungan kunci dan lain
sebagainya.
Selain 3R, ada satu
tambahan REPLACE (Menggantikan) sehingga Konsep 3R meluas menjadi 4R. REPLACE dapat dilakukan dengan mengganti
barang-barang sekali pakai yang potensial menambah sampah dengan barang barang
yang dapat digunakan berulang kali.
Misalnya mengganti tisu dengan saputangan atau lap, dan mengganti
diapers dengan popok kain. Mungkin,
konsep REPLACE masih sulit untuk dilakukan para ibu. Setidaknya dengan REDUCE pun kita sudah mulai
belajar mengurangi sampah apabila belum dapat REPLACE 100%.

Rujukan: Undang-undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 81 tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga
Sumber data : Sekretaris DKP Pemkot Depok (Januari
2015); Ketua Forum Komunitas Tangan Peduli Lingkungan, DEPOK (Januari 2015),
dan Kementerian Lingkungan Hidup (2012).