Kamis, 04 Juni 2015

Manajemen Jenuh: Tetap Produktif Saat Suntuk

Rutinitas pada batas periode tertentu menerbitkan rasa jenuh. Beban pikiran, fisik, dan mental yang melampaui batas pada titik tertentu juga memicu suntuk.  Namun pada saat yang sama hidup harus terus berjalan, semangat tidak boleh pudar, dan tujuan harus tetap pasti.  Itu prinsip saya.  Anda mungkin sepakat bahwa kita semua perlu manajemen saat jenuh, yang membuat kita tetap dapat produktif walaupun merasa suntuk. Bisa berbeda untuk individu dengan aktifitas yang berbeda, namun prinsipnya sama: jangan biarkan jenuh mematikan kreatifitas dan jiwa berkarya.
A. Tanda Tanda Jenuh dan Suntuk
Tidak bersemangat melakukan pekerjaan, sulit berkonsentrasi, dan tidak ada ketertarikan terhadap objek mungkin merupakan tanda-tanda bahwa kejenuhan sudah menghinggapi Anda.  Mudah mengantuk, merasa ingin mengalihkan perhatian dari objek yang ada di depan Anda, atau membayangkan hal-hal di luar yang sedang Anda kerjakan juga mungkin pertanda Anda sudah suntuk.
Dalam kadar yang lebih berat, ketika Anda sudah berada pada kejenuhan level tinggi, mungkin Anda akan merasa malas setiap bangun tidur membayangkan akan melakukan aktifitas yang itu-itu lagi hingga berakhirnya hari.  Berhati-hatilah, jika sudah merasakan yang seperti itu, tandanya Anda sudah terlalu lama membiarkan kejenuhan berlarut-larut menghinggapi diri.  Anda perlu segera antisipasi.  Lalu, bagaimana caranya?....
B. Identifikasi sebab spesifik kejenuhan
Pertama, Anda wajib tahu betul penyebab kenapa Anda jenuh dan suntuk.  Mengapa penyebab kejenuhan dan rasa suntuk perlu diidentifikasi secara spesifik terlebih dulu? Tujuannya sederhana, segala sesuatu yang diketahui secara spesifik penyebabnya akan lebih mudah ditangani dengan treatment yang sesuai dengan sebabnya. Jenuh karena pekerjaan kantor yang itu-itu saja tanpa tantangan baru, akan berbeda cara penanganannya dengan jenuh aklibat kehidupan yang hambar dalam rumah tangga.
Dalam beberapa hal, Anda mungkin mengalami kesulitan mengidentifikasi penyebab kenapa Anda merasa suntuk dan jenuh, karena bisa jadi penyebabnya adalah kombinasi dari banyak hal yang bertumpuk-tumpuk menjadi satu.  Mungkin pekerjaan sangat banyak tapi membosankan sebab isinya melulu hal sama yang Anda kerjakan selama bertahun-tahun. Dan pekerjaan yang sudah terasa membosankan itu masih harus dipadukan dengan hubungan interpersonal yang juga di titik jenuh antara Anda dan pasangan. Atau, bisa jadi kejenuhan malah bertambah karena hasil penanganan yang salah dari kejenuhan terdahulu.
Bagaimana Anda bisa tahu persis sebab kejenuhan?... Sederhana saja.  Saat merasa jenuh, coba Anda jawab dengan jujur, hal apa yang paling Anda inginkan saat perasaan jenuh itu hinggap?... Sebagai contoh, Saya pernah merasa sangat malas berangkat ke kantor.  Pekerjaan yang begitu-begitu saja tanpa adanya tantangan baru membuat saya ingin lari dari hadapan tugas-tugas itu.  Saya menilai, tidak ada pencapaian membanggakan dari apa yang saya kerjakan dengan rutin dan penuh dedikasi. Nah, mulanya saya tidak menyadari hal tersebut.  Karena dalam pandangan rekan kerja dan atasan, saya telah menunjukkanattitude yang baik, tidak ada masalah dengan hasil pekerjaan saya.

Sampai akhirnya, selain merasa malas ke kantor, saya mulai tidak fokus saat di kantor.  Saya mencuri-curi waktu untuk melakukan hal-hal yang saya sukai pada jam kerja.  Kebetulan saya suka menulis, maka saya mengalihkan perhatian saya pada kegiatan tulis menulis bahkan saat jam kerja! Pada saat saya berhasil menyelesaikan satu tulisan yang telah memuat seluruh apa yang ada di pikiran dan hati saya, saya merasa puas.  Lalu secara tidak sadar, saya kembali pada pekerjaan saya dengan semangat.  Barulah saya mulai menyadari bahwa saya jenuh dengan pekerjaan saya bukan semata-mata karena pekerjaan itu memang menjemukan bagi saya.  Melainkan karena sebagai pribadi, saya memiliki target achievement yang mana itu ternyata tidak seluruhnya dapat diterapkan di lingkungan tempat kita bekerja. Nah akhirnya saya sadar penyebab kejenuhan itu ada dari dalam diri saya sendiri.
Itu hanya contoh kecil.  Anda bisa menggalinya sesuai dengan yang Anda alami.  Misalnya, jika Anda seorang muslim, dan sebanyak lima kali pergi ke masjid untuk menunaikan sholat wajib lima waktu berjamaah setiap hari, dalam hitungan bulan mungkin Anda akan merasa jenuh.  Apakah dengan jenuh itu Anda akan berhenti pergi ke masjid untuk sholat berjamaah dan memilih untuk sholat sendiri saja di rumah?... Tentu tidak demikian.  Anda hanya perlu menelisik lebih dalam, bagaimana rutinitas itu dapat selalu memberikan hikmah dan nuansa baru dalam jiwa dan hidup Anda. Mungkin Anda bisa ke masjid melalui jalan yang berbeda, dengan berjalan kaki atau dengan kendaraan berselingan, atau tajamkan hati setiap saat untuk mendapatkan inspirasi baru dari sholat berjamaah di masjid.
C. Rencanakan dan Lakukan Hal yang Berbeda, Beri Warna, dan Ambil Tantangan Baru
Saya tidak menyarankan Anda selalu harus berhenti melakukan aktifitas yang menjadi sebab kejenuhan Anda.  Anda hanya perlu melakukan sedikit saja pengalihan, pembaharuan, dan pembubuhan warna baru dalam detil aktifitas itu. Jika selama ini pekerjaan rutin membuat Anda bosan, coba beri warna baru dalam satu atau dua bagian di dalam pekerjaan rutin itu.  Bagi Saya, menyelingi beberapa laporan dengan membuat dua atau tiga bait puisi- atau menelpon anak-anak di rumah sekedar mendengarkan suara bocah yang riang- bisa mengusir jenuh level rendah.
Namun ada kalanya, Anda juga perlu untuk berhenti sejenak dan merencanakan serta melakukan hal yang berbeda sama sekali ketika jenuh itu sudah meningkat.  Tapi ingat, jangan asal beda. Prinsipnya, setiap waktu kita adalah berharga. Jenuh bukan alasan untuk diam, tak menghasilkan. Kegiatan yang berbeda, dan bernilai guna bagi sesama, itulah yang harusnya menjadi pengalihan saat jenuh.  Saat saya jenuh dengan pekerjaan saya, saat ide-ide yang dihasilkan melalui usaha yang tidak mudah, lalu mental membentur tembok oleh kepentingan yang di luar batas kewenangan saya, saya mengambil langkah “lakukan aktivitas lain yang membuatmu bermanfaat bagi sesama”.
Saya memilih untuk memberi ruang gerak pada otak kanan saya untuk berkreasi, karena pekerjaan saya menyita lebih banyak otak kiri.  Terjun ke kegiatan kemasyarakatan nirlaba dengan menjadi relawan adalah pilihan saya.  Membuat brosur, materi sosialisasi, dan cuap-cuap untuk bidang keahlian yang sudah saya tekuni di bangku kuliah, memang tidak memberikan keuntungan secara materi pada saya.  Tapi itu sebetulnya tak terbayar.  Kepuasan karena ada banyak hal yang saya miliki masih bermanfaat bagi sesama, adalah bayaran yang paling tinggi untuk seorang relawan.  Karena saya merasakan betapa mahalnya pendidikan dan harus dapat beasiswa untuk melanjutkan pendidikan tinggi (jika tidak, saya tidak bisa kuliah) maka saya sangat senang bisa menjadi relawan di bidang pendidikan.
Dalam kasus kejenuhan model ini, saya sebagai subjek merasa tidak berguna di tempat saya bekerja, kasarnya seperti itu.  Tetapi sesungguhnya sumber daya dalam diri saya membuktikan bahwa saya masih berguna kok.  Dengan mengembalikan kepercayaan diri bahwa kita memang bermanfaat, setidaknya akan melawan aksioma yang ada.  Sekaligus, saya tetap bisa produktif, tetap menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Kadang, malah menambah teman, relasi, dan memperluas wawasan pergaulan yang sehat.

Jadi, saat jenuh jangan diam.  Ambil tantangan baru dengan melakukan hal-hal yang selama ini Anda pikir tidak akan bisa Anda lakukan. Selama itu positif, lakukan.  Lakukan sesuatu yang di luar kebiasaan, untuk variasi.  Atau lakukan selingan kegiatan yang tidak pernah sempat Anda lakukan saat Anda dibebani rutinitas pekerjaan.  Saya tidak pernah suka  olahraga lari dan berenang.  Tapi saya pernah mencoba melakukannya dengan pasangan dan anak-anak untuk sejenak mengalihkan diri dari kejenuhan.  Hasilnya?  Saya merasakan betapa berartinya mencurahkan kasih sayang kepada keluarga dalam kondisi apapun.  Dan itu menjadi kekuatan yang besar untuk melawan atau lari dari jenuh.  Motivasi baru pun lahir.  Suasana dan warna baru dari jiwa dan batin kita akan muncul.  Mau coba?... Percayalah it works!
D. Temukan Passion Anda
Penting sekali untuk menemukan di mana passion Anda. Kegiatan yang menjadi passion Anda adalah kegiatan yang dapat Anda lakukan dengan sukacita penuh gairah dan semangat dan Anda tidak pernah merasa rugi melakukannya walaupun tidak dibayar dengan materi atau apapun.Passion saya ada di dunia tulis menulis, dan cuap cuap.  Ketika tulisan saya dibaca banyak orang dan memberikan manfaat bagi orang yang membacanya, di situ letak kepuasan saya. Jika tulisan saya menang lomba, itu menjadi kepuasan tersendiri juga walaupun misalnya hadiahnya tidak berupa materi.  Saat Anda telah menemukan dimana letak passion Anda, berbahagialah.  Sebab, passion sangat berguna ketika kejenuhan itu melanda, sebagai alternatif pengalihan.
Orang-orang yang kebetulan dalam pekerjaannya bukan berada di wilayah passionnya, dan suatu saat mengalami kejenuhan, bisa “switch” diri ke kegiatan-kegiatan yang menjadi passion dalam hidupnya.  Misalnya Anda seorang pekerja kantoran yang punya passion di dunia masak memasak.  Ketika jenuh, kenapa tidak mencoba untuk mencoba resep baru , berbagi, dan ikut kompetisi?.... Kenapa tidak?... Tidak menutup kemungkinan kita mengasilkan prestasi di bidang lain ketika kita sedang jenuh di satu bidang.  Jadi, saat jenuh pun sesungguhnya kita bisa tetap produktif.
E. Definisi Produktif Versi Anda
Ya, Anda tetap bisa produktif saat jenuh.  Namun, definisikan dulu produktif versi Anda sendiri.  Tidak perlu terpengaruh dengan orang lain.  Definisi produktif versi saya adalah jika setiap waktu Saya bisa melakukan hal yang bermanfaat bagi sesama.  Sekecil apapun.  Dan tidak melulu dalam bidang yang menjadi keahlian saya. Maka, ketika saya jenuh dengan pekerjaan kantor, saya beralih ke rumah, atau masyarakat.  Karena saat jenuh saya sering merasa tidak berguna di bidang itu, maka saya mengkompensasikannya ke bidang lain yang nyata-nyata membuktikan bahwa kita tetap bermanfaat bagi orang-orang yang kita sayangi dengan melakukan hal-hal yang juga bermanfaat.

Bagaimana dengan Anda?... Mungkin akan ada orang yang mendefinisikan produktif versi dirinya adalah ketika jenuh, tapi tetap bisa menyelesaikan 50% dari pekerjaan yang menjemukan itu.  Tidak masalah.  Itu tetap dalam kerangka “tidak diam” .  Tetap berupaya bahwa sisa potensi yang 50% digunakan untuk melakukan selingan dalam rangka untuk tetap berada di dalam rasa tanggung jawab.  Asalkan, jangan asal selingan.  Dan jangan asal beda.  Anda sendiri yang dapat menilai, apakah pengalihan Anda akan semakin menjerat diri dalam kejenuhan atau justru memberikan penyegaran.
F. Pilih Untuk Bahagia
Akhirnya, lepas dari seberat apapun kejenuhan yang melanda, setiap orang pasti pernah dan akan jenuh.  Masih dan masih akan suntuk.  Manusiawi.  Di tangan Anda sendiri faktor penentu apakah Anda akan berhasil atau gagal untuk menetralisir kejenuhan dan mengatasi suntuk.  Tapi yang paling penting, pilihlah untuk menjadi bahagia, apapun itu.  Percayalah bahwa Allah SWT telah menciptakan kita dengan segenap potensi yang ada di dalam masing-masing diri kita dengan seadil-adilnya.  Tidak ada yang kurang sedikitpun.
Kita hanya perlu banyak-banyak bersyukur.  Salah satu wujud rasa syukur itu adalah dengan memunculkan potensi yang ada, sehingga percaya saat jenuh melanda, ada sisi lain dari dalam diri kita yang masih bisa dimunculkan untuk meraih prestasi dan tetap produktif.





Rasa syukur itu akan memunculkan rasa bahagia.  Dan kadang, rasa syukur itu juga diwujudkan dengan cara yang kadang kita tak pernah benar-benar paham.  Pada satu waktu, mungkin kita akan mengalami di saat kita tidak tahu lagi harus melakukan apa dan hanya bisa bercakap-cakap denganNYA seraya berkata “ Ya Rabb, sesungguhnya aku bertahan, walau tak tahu seberapa kuat akan bertahan, semata-mata karena rasa syukurku kepada MU”.
Pilihlah untuk selalu bersyukur, untuk memunculkan rasa bahagia.  Karena menurut saya, itulah yang utama.  Anda sepakat dengan saya?....
**ditulis saat sedang jenuh dan alhamdulillah berhasil mengatasinya kembali.... alhamdulillahirabbil alamiiin.......
dapat dibaca juga di www.kompasiana.com/novi.ardiani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Profesionalisme Terintegrasi Seorang Ibu: Ini Versi Saya

Profesional bukan cuma buat jenis-jenis pekerjaan di ranah publik. Menjadi ibu yang berkiprah di ranah domestik maupun di ranah pu...